Selasa, 20 Februari 2018

Upgrading Status Iman



SAAT ini, masalah-masalah besar silih berganti menimpa bangsa. Penegakan hukum yang tidak adil, kesenjangan kehidupan kaya-miskin, korupsi dan lain sebagainya adalah sedikit contoh dari banyak fenomena bahwa bangsa ini sedang dilanda masalah-masalah besar. Namun, dibalik pekatnya malam ada semburat cahaya fajar yang membawa kedamaian dan kesejahteraan.
Berangkat dari kisah Asy-Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi ahli tafsir asal Mesir ketika berkunjung ke Francisco. Seseorang bertanya kepadanya, jika kebenaran Al-Qur’an itu absolut dan Allah pasti memenangkan orang beriman dan menolongnya, lalu kenapa saat ini umat Islam lemah dari semua lini?
Syaikh menjawab dengan sigap, menurutnya, karena saat ini umat Islam baru berislam belum beriman. Inilah masalah dasarnya. Orang yang masih berislam itu merasa puas dengan shalat, zakat, puasa, dan haji serta merasa tidak perlu lagi untuk mengerjakan kebaikan yang berkaitan dengan umat. Di sinilah letak perbedaannya, orang beriman tidak merasa cukup dengan zakat saja tapi akan bersedekah dan berinfak. Orang beriman tidak merasa cukup hanya dengan shalat lima waktu, tapi akan menghidupkan shalat sunnah utamanya shalat tahajjud. Artinya, orang berislam hanya memikirkan diri sendiri sementara orang beriman memikirkan masalah umat. Orang beriman akan terjung ke dunia politik, tentu dengan membawa panji Islam untuk memperbaiki carut-marut bangsa. Orang beriman akan memperbaiki ekonomi agar bisa membantu saudara-saudaranya.
Dalam hal ini, pemerintah cenderung membatasi, umat Islam cukup di masjid jangan dibawa ke politik dan ekonomi. Inilah salah satu penyebab lemahnya kualitas umat Islam, karena secara sistem dibatasi oleh penguasa. Seperti penjelasan Asy-Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi, ini juga yang menyebabkan umat Islam lemah secara politik, ekonomi, militer, dan sosial. Karena umumnya umat Islam merasa cukup di masjid dan memikirkan diri sendiri tanpa mau berfikir kebangkita umat. Padahal jika umat Islam Indonesia mau naik ke level beriman, maka kita akan menjadi bangsa yang maju dan besar.
Kemengan dan pertolongan Allah tergantung pada keimanan. Kemenangan itu akan semakin nyata jika orang Islam telah naik ke level beriman, tidak stagnan atau puas pada posisi berislam.
يَدُ اللَّهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ
Tangan Allah bersama Al Jama’ah. [HR. Tirmidzi].
Hal ini juga bisa dilihat dari ayat Allah yang memerintahkan kita untuk bersatu dan bersaudara. Dia menggunakan kata (الْمُؤْمِنُونَ) orang-orang yang beriman. Seperti yang termaktub dalam surat Al-Hujurat ayat 10.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. (QS. Al-Hujurat ayat 10)
Secara terminologi, jika kata mukmin berdiri sendiri dalam satu ayat maka termasuk di dalamnya muslim. Jika muslim disebutkan sendiri maka mukmin juga termasuk di dalamnya. Akan tetapi, jika disebutkan keduanya dalam satu ayat, terdapat pembedaan.
Level muslim itu, orang lain  akan merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya. Pada level ini sudah cukup membuat servive namun belum bisa untuk membuat perubahan dalam bernegara dan berbangsa. Orang mukmin, orang lain akan merasa aman harta dan kehormatannya dari gangguan dia. Maka hanya di tangan orang beriman bangsa ini akan bangkit dengan pertolongan Allah untuk mencapai kemenangan.
Seiring dengan adanya isu provokatif yang menimpa bangsa akhir-akhir ini, maka hanya orang yang telah naik tingkat yang mampu merubahnya.
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 139).
Tidak perlu merasa hina jika tidak diperlakukan secara adil oleh aparat yang berwajib. Misalnya dalam kasus ‘orang gila’ dan perusakan gerfeja. Saat ulama dikriminalisasi pihak berwajib tidak turun. Namun jika gereja disenggol sedikit saja maka semua muncul kepermukaan untuk membela. Cukup mengambil pelajaran saja, bahwa Allah ingin memisah orang munafik di tengah umat ini dan mengangkat derajat orang beriman. Dari orang berimanlah yang akan dipilih oleh Allah sebagai tokoh  kebangkitan Islam di Indonesia, bahkan di dunia.
Lalu bagaimana sebenarnya orang bebriman itu? Allah telah menjelaskan dalam banyak ayat. Misalnya dalam surat Al Hujurat ayat 14. Dalam ayat ini, jika dikaitkan dalam konteks keindonesiaan, maka secara halus telah menggambarkan kualitas orang Islam di sisi Allah.
قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي
قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Hujurat: 14)
Suatu ketika pada zaman Rasulullah SAW, orang badui menemui beliau dan mengaku telah beriman. Tapi “Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah tunduk’.
Orang yang hanya merasa beriman, tidak akan mebawa perubahan. Maka status a’rabii ini harus diupgrad menjadi beriman. Iman belum merasuk ke dalam hati mereka, masih sebatas jenggot, jubbah, dan sorban. Dengan upgrading status dari berislam menjadi beriman, kualitas umat Islam Indonesia akan berbanding dengan kuantitas. Hal ini juga yang akan menjadi solusi dari carut-marut bangsa. Keimanan itu dibuktikan dengan taat kepada Allah dan Rasul-Nya, lalu mengikuti perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Ciri-ciri orang beriman juga telah disebutkan dalam surat Al Anfal ayat 2-4. Allah Swt. berfirman:
Langkah kedua jika ingin upreding iman naik terdapat dalam surah Al Anfal ayat 2
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ.الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ. أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. (QS. Al Anfal: 2-4).
Ada empat poin yang bisa diambil dari ayat ini, yakni orang beriman itu jika disebut nama Allah maka gemetarlah hati mereka, jika dibacakan ayat-ayat Allah maka bertambahlah iman mereka, dengan demikian mereka juga akan bertawakal kepada Allah Swt.. Kemudian amalan hati ini akan dibuktikan dengan shalat, tidak hanya shalat wajib tapi bersemangat melaksanakan yang sunnah, kemudian akan dibuktikan juga dengan banyak infak di jalan Allah Swt.
Orang beriman itu hatinya akan selalu terpaut dengan Allah Swt., tidak pernah lupa untuk berzikir dan bahkan di setiap aktivitasnya dia akan melibatkan Allah. Untuk itu, sebagai solusi yang paling tepat untuk masalah bangsa ini adalah dengan Upgrading Status dari Muslim ke Mukmin.
*MN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ibu, Jiwaku Pilu

Desah nadiku adalah kerinduan, ketika detik memutar rasa tentang ribuan kilometer dalam dekapan. Ibunda....... Fikirku fatamorgana da...