Selasa, 20 Februari 2018

Nyanyian Pilu



Nyanyian hujan, menancap dan membelah. Perlahan menampar mesra asa ditengah hiruk-pikuk perkotaan dan menunduk melihat bayangan diri di bawah amukan cahaya. Batinku pilu, sebab keinginan dibelenggu fakta.
Seharusnya, fajar tadi kau sambut dengan tangis yang membuat kami bahagia. Seperti jua senja mengawal malam, lagi dan lagi gerak bibirmu masih dalam cita. Dan agaknya senyumu adalah kerinduan yang membisu.
Kilometer terbentang di sekujur tubuhku. Berdiri dengan semua keresahan, kerinduan, kekhawatiran, dan keinginan yang hanya mengejawantah dalam khayal.
Aku menantinya sebagai obat lara membuat tanganku redup dibawa tiupan angin semilir. Terkirim pesan singkat dari genggaman layarku, kabarmu masih dalam perawatan.
________
Jalanan yang ramai itu berubah jadi senyap. Tatapan kosong. Suaranya melayang, mengambang dalam cahaya bulan mencapai desa perbatasan. Menusuk lebih dalam ke tengah-tengah desa, memasuki balai desa.
اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً
Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah.
________
Muhajir/ 25 Januari 2018.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ibu, Jiwaku Pilu

Desah nadiku adalah kerinduan, ketika detik memutar rasa tentang ribuan kilometer dalam dekapan. Ibunda....... Fikirku fatamorgana da...